UAS CI : The Lesson Learned

Hal pertama yang ingin saya ucapkan dalam artikel ini adalah “Terima Kasih”. Ya, terima kasih Bapak Paman Apiq, selaku dosen mata kuliah Creativity and Innovation atas semangat dan pelajaran-pelajaran berharga yang telah ditularkan kepada saya dan juga teman-teman saya yang mengikuti kuliah ini. Terima Kasih juga Kak Bayu, sang tutor yang senantiasa sabar menghadapi murid-murid yang seringkali berisik dan sulit diatur. Dan terima kasih banyak atas dosen tamu yang begitu hebat. Ridwan Kamil dan Budi Rahardjo. Terima kasih telah membuat saya merasa tidak sia-sia dalam memilih mata kuliah pilihan Creativity and Innovation 😉

Mata kuliah ini sangatlah berbeda dengan mata kuliah lain yang saya ambil. Di kelas Creativity and Innovation ini, saya telah banyak diajarkan tentang bagaimana berpikir lebih jauh dalam melihat suatu keadaan. We have to think beyond. Banyak keadaan di sekitar kita yang dapat kita kembangkan dengan berbekal kreativitas dan inovasi. Contohnya dengan membuat business model, kita dapat mengembangkan ide-ide kreatif yang kita miliki menjadi suatu ide bisnis yang mendetail.

Tugas-tugas kelompok yang diberikan oleh Paman Apiq juga melatih kerjasama antar anggota kelompok dalam menyatukan ide-ide kreatif dari masing-masing individu. Kreativitas setiap orang tentunya berbeda-beda. Bagaimana dapat menyatukan ide-ide kreatif tersebut menjadi suatu kesatuan ide yang lebih baik adalah seni dalam kreativitas dan inovasi.

Dan yang paling jelas, yang anda bisa lihat, adalah saya dilatih untuk menjadi lebih kreatif dengan membuat wordpress. Saya bukanlah orang yang suka menulis dan mengutarakan apa yang ada di pikiran saya dalam bentuk tulisan. Jujur saja wordpress ini adalah kali pertama saya menuliskan banyak artikel. Saya dituntut untuk dapat berpikir kreatif dalam menyusut setiap kata yang saya tuliskan di wordpress ini. Dan hal itu bukanlah hal mudah bagi saya.

Ternyata ada suatu kesenangan yang saya rasakan dengan membuat wordpress ini. Yaitu nama dari wordpress ini sendiri, “Call it Crackpot” yang menjadi trademark di hamper semua artikel saya. Saya sangat senang dapat menemukan nama tersebut. Saya merasa nama tersebut pas dengan pribadi saya. Terlebih lagi, menuliskan “Call it Crackpot” di setiap akhir tulisan membutuhkan suatu kekreatifan tersendiri agar dapat membentuk suatu artikel yang sinkron.

Dengan ini, saya tutup artikel saya kali ini, tentu saja dengan menyebut “Call it Crackpot”. Saya harap Paman Apiq dan Kak Bayu juga menyebutkan “Call it Crackpot” saat membaca tulisan ini. Sekali lagi, terima kasih J

“Call it Crackpot”. “Call it Crackpot”.

Leave a comment